DISLEKSIA BUKAN BERARTI TERBELAKANG


Share/Save/Bookmark

Istilah disleksia berasal dari bahasa Yunani, yakni “dys” yang berarti “sulit dalam” dan lex berasal dai legein yang berarti “berbicara”. So, menderita disleksia berarti menderita kesulitan yang berhubungan dengan kata atau simbol-simbol tulis. Kelainan ini di sebabkan oleh ketidak mampuan dalam menghubungkan antara lisan dan tertulis, atau kesulitan mengenal hubungan antara suara dan kata tertulis. Jika pada anak normal kemampuan membaca sudah muncul di usia 6 atau 7 tahun, beda dengan pasien disleksia. Sampai usia 12 tahun, kadang mereka belum lancar baca tulis. Bahkan sampai usia dewasa masih mengalami gangguan keduanya.
Namun jangan anggap penderita disleksia bodoh atau terbelakang. Buktinya banyak yang akhirnya menjadi orang sukses,,,seperti Sir Isaac Newton, Albert Einstein, Tom Cruise, Whoopi Goldberg, dan banyak yang lainnya.
George W. Bush pernah di kabarkan sebagai penderita disleksia. Pasalnya, banyak kata yang salah di ucapkan Bush selama masa kampanye dan di lakukan secara berulang-ulang. Seperti ia ingin menyatakan Amerika Serikat sebagai negara peacemaker (pencipta kedamaian),,,namun ia sebutkan “pacemaker” (alat pacu jantung) yang artinya sangat jauh berbeda.
Penderita disleksia memiliki ciri-ciri tertentu, seperti :
1. Sulit mengucapkan irama kata-kata secara benar dan proposional.
2. Sulit mengurutkan huruf-huruf dalam kata.
3. Sulit menyuarakan fonem (satu bunyi) dan memadukannya menjadi kata.
4. Sulit mengeja kata atau suku kata dengan benar. Bahkan mungkin mengeja satu kata dengan bermacam ucapan.
5. Sulit mengeja kata atau suku kata dengan benar. Bingung menghadapi huruf yang mempunyai kemiripan bentuk seperti b-d, u-n, m-n, p-q.
6. Membaca satu kata dengan benar di satu halaman, tapi salah di halaman lain.
7. Sulit memahami apa yang di baca
8. Sering terbalik menuliskan atau mengucapkan kata. Misal ‘hal’ menjadi ‘lah’.
9. Rancu dengan kata-kata singkat, misalnya ke, dari, dan, jadi.
10. Bingung menentukan tangan mana yang di pakai untuk menulis.
11. Lupa mencantumkan huruf besar atau mencantumkannya di tempat yang salah.
12. Lupa meletakkan titik dan tanda-tanda baca lainnya.
13. Menulis huruf dan angka dengan hasil kurang baik.
14. terdapat jarak pada huruf-huruf dalam rangkaian kata. Tulisannya tidak stabil, kadang naik kadang turun.
15. Keliru menempatkan paragraph

Bisa Prustasi

Gangguan ini mengarah lebih pada gimana otak mengolah atau memproses informasi yang sedang di baca. Biasanya baru terdeteksi setelah memasuki dunia sekolah. Ketika belajar membaca, kita belajar menghubungkan kata per kata (proses decoding) hingga terbentuk suatu kalimat, dan belajar mendengarkan atau mengartikan setiap kalimat yang di buat. Bagi pendertia disleksia, proses decoding menjadi tantangan. Ketika mereka melihat suatu kalimat, jarak antar huruf jadi kacau,,seperti “Huru fyan gdibacam enja dika cau (huruf yang di baca menjadi kacau).
Jika belum ketahuan menderita disleksia, mereka bisa rendah diri karena sulit mengejar pelajaran di bandingkan teman-teman sebaya. Apalagi jika di sekolahkan bersama anak-anak normal, membuat mereka merasa “bodoh” karena ngga bias keluar dari masalah itu. Selanjutnya mereka gagal naik kelas dan menutup diri.
Namun dari segi kekurangan penderita disleksia, mereka juga punya keahlian lain. Mereka sangat baik di bidang musik, seni, grafis, dan aktivitas kreatif lainnya. Cara mereka berfikir adalah dengan gambar, tidak dengan huruf, angka, symbol, atau kalimat. Mereka juga baik dalam menghafal dan mengingat informasi. Kesulitan mereka adalah bagaimana menyatukan informasi-informasi yang ada dan mengolah informasi tersebut.

Penyebab Disleksia
1. Faktor keturunan. Disleksia cenderung diderita keluarga yang mempunyai anggota kidal. Namun, orang tua yang disleksia ngga otomatis menurunkan gangguan ini pada anaknya. Anak kidal belum tentu disleksia
2. Problem pendengaran sejak usia dini. Jika kesulitan pendengaran terjadi sejak dini dan ngga terdeteksi, otak yang sedang berkembang akan sulit menghubungkan bunyi atau suara yang di dengar dengan huruf atau kata yang di lihat. Padahal, perkembangan kemampuan mendengar sangat penting bagi perkembangan kemampuan bahasa. Jika tidak di atasi, bisa menyulitkan kesulitan jangka panjang.
3. Faktor kombinasi. Faktor kombinasi keturunan dan problem pendengaran menyebabkan disleksia makin serius atau parah hingga perlu penanganan menyeluruh dan kontinyu.
Penyebab spesifik disleksia tidak di ketahui. Ketidakmampuan belajar bisa di sebabkan gangguan di area otak. Kesalahan yang disebabkan disleksia sudah terjadi saat mereka di lahirkan dan factor hereditas sangat mempengaruhi. Kira-kira 5-10% anak usia sekolah memiliki gangguan belajar.

0 komentar:

Post a Comment

Jangan lupa untuk meninggal jejak langkah mu disini...karna itu sangat berarti. Walau hanya satu huruf saja...(^_^)v